Salah satu data
pendukung penghitungan produksi padi adalah data hasil ubinan. Survei ubinan
dilakukan dengan cara mengambil sebagian area tanaman padi yang siap dipanen,
yaitu seluas 2,5 X 2,5 meter persegi kemudian dipanen dan ditimbang hasilnya.
Data hasil ubinan tersebut setelah terkumpul se kabupaten angka rata-ratanya
digunakan untuk memprediksi total produksi dalam wilayah tertentu. Sebagai
contoh jika pada plot 2,5 X 2,5 meter persegi diperoleh 5 kg gabah, maka dalam
1 hektar bisa di dapat 8 ton gabah kering panen, jika total lahan yang dipenen
dalam satu periode sebanyak 10 ribu hektar, maka jumlah produksi di wilayah
tersebut diperkirakan sebanyak 80 ribu ton gabah kering panen.
Dalam survei
ubinan selain menghitung produktifitas padi juga menanyakan bebrapa faktor yang
mempengaruhi hasil produksi, yaitu Luas lahan tanam, pemakaian benih serta
jenisnya, penggunaan pupuk dan jenisnya, keberadaan OPT, sistem pengairan,
cuaca, dan ada tidaknya program bantuan
untuk area yang tersampel ubinan dimaksud. Beberapa informasi tersebut sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi padi dan berguna untuk memberi penjelasan
atau memberi justifikasi terhadap tinggi rendahnya hasil produsi. Survei ubinan
dilakukan setahun penuh dari bulan Januari hingga Desember, lokasi yang terpilih survei
tergantung dari hasil pengamatan area yang ada tanaman padi dan fase panen
berdasarkan data amatan dengan metode kerangka sampel area.
Seperti pada pelaksanaan ubinan
padi di wilayah Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu dengan hasil 6,20 kg dari 161
rumpun dengan sistim pengairan tehnis dengan pemupukan berimbang. Menurut
petani stempat pada musim kemarau ini bisa mendapatkan hasil yang maksimal
karena ketersedian air yang cukup, sinar matahari yang cukup, tidak terkena
serangan hama. Sistim pemanenan kebanyakan ditebaskan karena harga gabah yang
tinggi sehingga petani cenderung untuk menjual padi di lahan pertaniannya
karena tidak banyak menanggung resiko. (Daryanto/KSK Bumiayu)
